Era Modernisasi Kesenian Budaya di Desa Suka Makmur Tetap Bertahan

120

MUSI RAWAS, NS – Desa Suka Makmur Sp IV Bumi Lampung, Kecamatan BTS ULU, Kabupaten Musi Rawas (Mura) memiliki lima kelompok jaranan (kuda lumping) dalam satu desa. Yang membuatnya keren, kelima kelompok ini bahu membahu untuk memajukan kebudayaan yang telah turun temurun menjadi warisan budaya dari Jawa.

Lima kelompok jaranan tersebut yakni, Turunggo Joyo pimpinan bapak Salipuk, Sido Rukun pimpinan bapak Midi, Agung Budaya pimpin bapak Supar, Karya Budaya pimpinan bapak Juri, dan Tri Budoyo pimpinan bapak Dagul.

Dari kelima kelompok jaranan tersebut, Turonggo Joyo lah yang paling tua, karena berdiri sejak tahun 1982, dan sampai saat ini masih eksis memberikan tontonan warisan leluhur kepada masyarakat Musi Rawas, khusunya desa Suka Makmur dan sekitar.

Hal ini dikatakan Salipuk (50), pimpinan jaranan Turonggo Joyo saat dibincangi awak media seusai mengikuti upacara bendera Hari Ulang Tahun (HUT) Republik indonesia (RI) ke-77 di lapangan merdeka dusun III, desa Suka Makmur.

Saat disinggung mengenai ada tidaknya persaingan antar kelompok jaranan tersebut, Salipuk menanggapi dengan santai, dan mengatakan persaingan itu tetap ada.

“Ya tentu aja ada mas, tapi persaingan kita secara sehat. Bila diantara kami ada kurang sesuatu, kelompok lain siap membantu,” katanya.

Mengenai bertahannya seni budaya ditengah terjangan era modernisasi dan digital tersebut, Salipuk menjelaskan jika regenerasi perlu dilakukan, dan itulah kunci untuk mempertahankannya.

“Terus kita kenalkan ke anak cucu kita, paling tidak saat mereka SD, karena zaman sekarang anak-anak yang sudah masuk SMP banyak malu, mungkin malu saat ditonton pacarnya,” jelasnya.

Selain jaranan, pimpinan Turonggo Joyo yang kini memiliki anggota sebanyak 35 orang ini mengatakan kelompoknya juga mempunyai tayuban, yang terkadang disewa untuk tampil menghibur, bahkan sampai ke kabupaten tetangga yakni Lahat.

Sementara, Kepala Desa (Kades) Suka Makmur Wancik JP mengungkapkan jika di desa yang telah dipimpinnya tiga periode tersebut memiliki kesenian budaya yang paling lengkap dibanding tempat lain.

“Saya rasa disinilah yang paling lengkap kesenian budayanya, selain jaranan kita juga mempunyai tayuban, reog, dan wayang kulit,” ungkapnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan jika pihak pemerintah desa telah melalukan koordinasi ke pihak dinas Pariwisata Musi Rawas,dan telah mengajukan proposal untuk membantu apa yang kelompok budaya ini perlukan.

“Sudah tiga tahun ini kita mengajukan apa yang mereka inginkan ke dinas pariwisata, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” lanjutnya.

Saat ditanya mengenai perhatian pemerintah desa terhadap kelompok seni budaya tersebut, kades mengatakan jika anggaran desa belum bisa merangkul kearah sana, dan apabila ada bantuan itu sifatnya hanya kebijakan dirinya. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here