Bocah Tangguh Korbankan Waktu Bermain

1002


LUBUKLINGGAU | NUSANTARASUMSEL.COM – Intan  Permata Sari, bocah kecil kelas V SD ini rela mengorbankan waktu bermainya guna berjualan kerupuk keliling.

Itu dia lakukan bukan karena terpaksa, namun demi membantu perekonomian keluarganya. Kendati anak seusia dirinya sedang senang bermain, namun hal itu tidak dilakukannya, dirinya lebih memilih berjualan demi menopang kehidupan dalam keluarganya.

Hal itu dijalani intan dengan penuh rasa sabar dan ihklas sebagai bentuk pengabdian terhadap keluarga dan =juga demi masa depanya.

Intan yang sebelumnya tampak bersemangat mengayunkan langkah kakinya sembari membopong puluhan bungkus kerupuk dengan ramah menyambuat saya sebagai pembeli yang menghampirinya.

Sambari melepas lelah dan terkadang melempar senyuman khasnya, Intan Antusias menceritakan kenapa dia memili untuk menjadi penjual kerupuk keliling.

Intan menceritakan, setelah dirinya pulang sekolah, dari rumah yang berlokasi di Kelaurahan Bengawan Solo, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Intan memulai perjalanannya ke arah pasar setelit untuk mengambil kerupuk-kerupuk yang akan dijualnya.

Dengan kerudung hitam yang di pakainya, Intanpun mulai berkeliling menyusuri jalan menuju pasar atas dan lapangan kurma sembari sekali kali menawari kerupuk jualanya dengan harga Rp 1.000 perbungkus.

Intan yang masih duduk dibangku kelas 5 SDN di kota lubuklinggau ini dengan betis mungilnya terus melangkah sambil membopong puluhan bungkus kerupuh yang hendak dia jual

Dirinya selalu semangat dan terus menebar senyum pada setiap orang yang telah di lewatinya dengan harapan ada pembeli yang memanggilnya dan mengurangi bungkusan kerupuk yang di jijingnya.

Dan harus diakui, lewat cara bicaranya Intan memang pandai dalam menawari daganganya ke calon pembeli.

Lantas terbersit sebuah pertanyaan, dengan aktipitasnya yang sangat menguras tenaga ini, apakah Intan masi pokus terhadap pendidikan  dan sekolahnya?

Di ceritakan Intan, ia aktif di sekolah, sangat menyukai seluruh mata pelajaran. Intan menunjukan sikap tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah ia pilih. Meski berjualan setiap hari, hal itu tidak menyurutkan semangat untuk terus belajar.

Anak ketiga dari lima bersaudara ini sadar, tak banyak pendapatan kedua orang tuanya, sebab ayahnya seorang tukang parkir dan ibunya sebagai kuli pengupas bawang, sehingga dirinya berinisiatif untuk membantu kedua orang tuanya dan keluarganya. Dengan penuh semangat, dirinya berharap kedepannya dia bisa menimba ilmu kejenjang  pendidikan yang lebih tinggi. (Rudi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here